TOP

Sejarah Surya Yudha

Bank Surya Yudhakencana (BSY) didirikan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah dalam bentuk Perseroan Terbatas pada tanggal 12 April 1992 berdasarkan ijin dari Departemen Keuangan Republik Indonesia No.Kep.066/KM.13/92. Kehadiran BPR Bank Surya Yudha di tengah-tengah masyarakat merupakan perwujudan dari kebutuhan akan pelayanan jasa perbankan yang lebih baik dengan berbasis budaya masyarakat lokal.

Pendiri sekaligus sebagai Pemegang Saham mayoritas BPR Bank Surya Yudha adalah Satriyo Yudiarto. Dengan latar belakang pendidikan di bidang Perbankan yaitu di STIKUBANK Semarang (d/ AKUBANK) dan lulus pada tahun 1971 sebagai lulusan terbaik, Satriyo Yudiarto langsung dipercaya oleh Pemerintah Daerah Banjarnegara untuk merintis pendirian sebuah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) milik Pemerintah Daerah Banjarnegara dan sekaligus menjabat sebagai Direktur Utama. Namun jabatan ini tidak terlalu lama dipegang olehnya sebab sejak 1 Juli 1972 Satriyo Yudiarto bergabung dengan The Bank of Tokyo, Ltd., sebuah Bank Asing terkemuka di dunia dan bertaraf International yang berkantor Pusat di Tokyo,Jepang, hingga masa pensiunnya di tahun 2000.

Dengan pengalaman dan pengetahuan selama hampir 29 tahun bekerja di Bank bertaraf Internasional, kemampuan Satriyo Yudiarto sebagai seorang Bankir  di dalam dunia Perbankan sudah tidak diragukan lagi. Berbekal pengalaman dan pengetahuan inilah, Satriyo Yudiarto bersama-sama dengan ketiga anaknya mendirikan BPR Bank Surya Yudha Banjarnegara dengan didasari jiwa yang ingin menyumbangkan pengalaman dan pengetahuannya di sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), dengan menggunakan pendekatan sosial budaya masyarakat kecil yang diintegrasikan dalam pendekatan bisnis. Hal ini dilakukan karena sektor UMKM selama ini belum tersentuh sepenuhnya oleh Bank Umum, khususnya didaerah pedesaan yang justru cenderung masih menjadi mangsa dan terperangkap oleh para Rentenir. Selain itu juga rasa keprihatinan yang mendalam saat melihat banyaknya masyarakat yang masih masih belum memiliki pekerjaan tetap dan masih menjadi pengangguran, sehingga hati nurani terpanggil untuk sedikit membantu dalam penyediaan lapangan kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat.. Satriyo Yudiarto juga ingin menerapkan etos kerja Jepang yang telah terbukti selama ini di dunia dalam mengembangkan perusahaan yang dilandasi dengan sikap disiplin, semangat kerja yang tinggi, jujur, loyal, serta pantang menyerah (ulet).